Tanggal Rilis | : | 2 September 2016 |
Ukuran File | : | 0.25 MB |
Abstraksi
Bulan Agustus 2016, Kota Dumai mengalami inflasi sebesar 0,05 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125,11. Laju inflasi tahun kalender (Agustus 2016 terhadap Desember 2015) sebesar 1,92 persen dan laju inflasi “year on year” (Agustus 2016 terhadap Agustus 2015) sebesar 2,18 persen.
Inflasi di Dumai terjadi karena adanya peningkatan indeks harga pada beberapa kelompok pengeluaran yaitu adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar sebesar 0,42 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,22 persen, kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,14 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,05 persen sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga relatif stabil dan kelompok yang mengalami penurunan adalah kelompok bahan makanan sebesar -0,37 persen diikuti kelompok sandang sebesar -0,13 persen.
Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Kota Dumai antara lain bayam, tarif listrik, kangkung, serai, kentang, rokok kretek filter, tarif pulsa ponsel, telur ayam ras, gelas minum, air kemasan, cabe rawit, daging sapi, sawi hijau, makanan ringan/snack, jeruk nipis/limau, piring, cabe hijau, tenggiri, teri dan lain sebagainya.
Dari 23 kota di Sumatera yang menghitung IHK, 15 kota mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 0,93 persen diikut Padang sebesar 0,84 persen, Medan sebesar 0,82 persen, dan terendah di Dumai sebesar 0,05 persen dan 8 (delapan) kota mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 0,58 persen dan deflasi terendah terjadi di Bandar lampung sebesar 0,11 persen..
Dari sepuluh ibukota provinsi di Sumatera, 7 (tujuh) ibukota provinsi mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi Pangkal Pinang sebesar 0,93 persen diikuti Padang sebesar 0,84 persen, Medan sebesar 0,82 persen dan terendah di Tanjung Pinang sebesar 0,06 persen dan 3 (tiga) ibukota mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi di Banda Aceh sebesar 0,35 persen diikuti Palembang sebesar 0,26 persen dan terendah di Bandar Lampung sebesar 0,11 persen.