Abstraksi
Bulan Maret 2017, Kota Dumai mengalami deflasi sebesar 0,19 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 124,23. Laju inflasi tahun kalender (Maret 2017 terhadap Desember 2016) sebesar 2,52 persen dan laju inflasi “year on year” (Maret 2017 terhadap Maret 2016) sebesar 5,33 persen.
Deflasi di Dumai terjadi karena adanya penurunan indeks harga pada beberapa kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan sebesar 1,35 persen; diikuti kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan indeks sebesar 0,08 persen; kelompok sandang sebesar 0,01 persen. Sedangkan peningkatan indeks harga juga terjadi pada beberapa kelompok yaitu kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,05 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,07 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,24 persen serta kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar sebesar 0,62 persen.
Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi di Kota Dumai antara lain bayam, kangkung, tongkol/ambu-ambu, tarip pulsa ponsel, telur ayam ras, daging sapi, cabai rawit, daun singkong, tomat buah, udang basah, kembung/gembung/banyar/gembolo/aso-aso, jeruk, cabai merah, ayam hidup, minyak goreng dan cumi-cumi.
Dari 23 kota di Sumatera yang menghitung IHK, 15 (lima belas) kota mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,49 persen, Lhoksumawe sebesar 1,40 persen, Batam sebesar 0,83 persen, Sibolga sebesar 0,70 persen; Tanjung Pinang sebesar 0,64 persen; Padangsidimpuan sebesar 0,43 persen; Metro sebesar 0,30 persen; Medan sebesar 0,20 persen ; Dumai sebesar 0,19 persen dan deflasi terendah di Padang sebear 0,01 persen.
Dari sepuluh ibukota provinsi di Sumatera, 6 (enam) ibukota provinsi mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi terjadi Pangkal Pinang sebesar 0,64 persen; Medan sebesar 0,20 persen; Banda Aceh sebesar 0,15 persen; Palembang sebesar 0,10; Bandar Lampung sebesar 0,06 persen; Padang sebesar 0,01 persen dan 4 (empat) kota mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi di Bengkulu sebesar 0,23 persen dan terendah di Pekanbaru dan Pangkal Pinang sebesar 0,38 persen.