Inflasi di Dumai terjadi karena adanya peningkatan indeks harga pada beberapa kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan sebesar 2,74 persen; diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar sebesar 1,83 persen;
kelompok kesehatan sebesar 1,52 persen; kelompok sandang sebesar 0,72 persen; kelompok makanan jadi, minuman,rokok dan tembakau sebesar 0,14 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,06 persen.
Sedangkan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan indeks sebesar 0,67 persen.
Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Kota Dumai antara lain bayam, tarip listrik, serai, jeruk,kangkung, sewa rumah, tongkol/ambu-ambu, udang basah, teri, kembung/gembung,kontrak rumah, beras, daun
singkong, cabai rawit, dokter umum, mie kering instant, rokok kretek, minyak goreng, kelapa, ikan mas, apel, bimbingan belajar, tenggiri, sepeda motor, bawang putih, sepatu, dokter spesialis, mobil, shampo, emas perhiasan, rokok kretek filter, sabun cuci piring, buncis, pisang, senangin, jengkol, celana dalam wanita, anggur, pembasmi nyamuk cair, sewa lapangan futsal, cumi-cumi, sabun detergent bubuk/cair, dan lain sebagainya.
Dari 23 kota di Sumatera yang menghitung IHK, 10 (sepuluh) kota mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Dumai sebesar 1,12 persen, Tanjung Pinang sebesar 0,59 persen; Bandar Lampung sebesar 0,58 persen, Meulaboh
sebesar 0,41 persen dan terendah di Batam sebesar 0,09 persen, sedangkan 13 (tiga belas) kota mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi terjadi di Jambi sebesar 1,40 persen, dan terendah di Bungo sebsar 0,02 persen.
Dari sepuluh ibukota provinsi di Sumatera, 5 (lima) ibukota provinsi mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi Pangkal Pinang sebesar 0,59 persen; Bandar Lampung sebesar 0,58 persen; Bengkulu sebesar 0,21 persen; Banda Aceh sebesar 0,19 persen dan terendah di Palembang sebesar 0,09 persen dan 5 (lima) kota mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi di Jambi sebesar 1,40 persen; dan terendah di Padang 0,13 persen.